Jumat, 31 Desember 2021

Teman Ngobrol = Teman Hidup (?)

31 Desember 2021

2022 terasa mengerikan di kepalaku. Ada banyak skenario-skenario aneh yang memenuhi kepalaku seperti biasanya. Tapi, akhir-akhir ini hariku sangat menyenangkan. Ada seorang laki-laki baik, teman lama yang mengenalku dengan cukup baik sejak kami berusia 12 tahun. Teman bercanda dan teman ngobrol di waktu-waktu senggang. Ada banyak cerita yang mengalir begitu saja bersamanya. Waktu berjalan cepat dan aku menyukai sensasi rasa aman saat bersamanya. Aku tidak perlu berpura-pura manis atau dituntut menjadi gadis normal. Dia melihatku sebagai aku. 

Aku percaya setiap perempuan seharusnya layak untuk dicintai dengan penuh rasa hormat terlepas bagaimana masa lalunya. Setiap perempuan layak untuk bertemu dengan laki-laki yang melihatnya sebagai manusia seutuhnya. Bukan sekedar pemuas nafsu saja, namun juga manusia yang kadangkala berbuat salah dan berperilaku menyebalkan. 

Banyak diskusi yang terjadi dan aku menyukai bagaimana dia merespon setiap topik yang ku singgung dengan sangat baik. Beberapa yang lain sangat suka mengalihkan topik karena merasa tidak nyaman. 

Setiap malam rasanya aku merapal doa yang sama. Betapa aku sangat mendambakan hubungan membosankan dengan laki-laki yang mampu mengetahui skema otakku dengan sangat baik. Dan semua ide untuk hidup dengan teman baik yang sudah kau kenal bertahun-tahun sepertinya bukan ide yang buruk. Hidup dengan teman baik yang dahulu pernah kau temui setiap hari di kelas yang sama saat kau SD hingga SMP.  Membayangkannya membuat kami berdua tertawa saat kembali membahasnya. Hahahaha. 

Bahkan aku sangat menyukai bagaimana dengan mengatakan,"Aku ingin bilang aku cinta sama kamu, tapi aku tau kamu akan tertawa". Dan dia tau dengan sangat baik bahwa aku memang tertawa. Aku tidak bisa mempercayai siapapun seumur hidupku, tapi dia membuatku mematahkan semua keraguan dan menjadi sangat yakin. 

Semoga Allah SWT mempertemukan jalan kami berdua. Ugh, semoga dia tidak membaca blog ini. Hahahahaha 

Kamis, 23 Desember 2021

Gatau, Random

Aku ingin sekali menulis sesuatu tapi tidak benar-benar ada pembahasan yang terstruktur di otakku. Meskipun sebenarnya memang tulisanku sangat tidak terstruktur dengan baik, hampir semuanya. Tapi kali ini sangat parah. Benar-benar parah. Seperti benang kusut, aku harus mengurainya satu persatu. 

Mungkin akan aku mulai dengan dua bulan kedepan aku akan menghadiri dua acara penting. Tepatnya di bulan Februari 2022. Satu pernikahan. Satu lamaran. Aku sangat tidak sabar menanti Februari datang. 

Namun, aku juga tidak sabar menanti 11 Januariku datang. Hari dimana aku secara legal bertambah tahun. Dulu, ada manusia bajingan yang mengatakan bahwa ulangtahun tidak penting untuk dirayakan. Aku tidak bisa mengatakan bahwa aku tidak setuju. Manusia munafik itu hanya malas saja bersusah payah untuk membuatku senang di hari ulangtahunku. Bahwa sebenarnya dia juga akan sangat bahagia kalau ulangtahunnya dirayakannya, hanya saja dia terlalu malu untuk mengakuinya. Tolong maafkan aku masih membahas laki-laki memuakkan itu. Aku masih belum bisa memaafkannya. 

Hari-hari ini aku lalui dengan rasa iri yang teramat sangat. Ada satu orang yang hadir meskipun sebentar namun memberikan dampak begitu besar terhadap hidupku. Dia yang sangat menjaga harga dirinya dengan memakiku habis-habisan saat masalah datang. Hal sepele yang membuatku tersadar aku tidak ingin diperlakukan dengan buruk oleh siapapun lagi. Tidak juga dengannya, laki-laki yang tidak memiliki apapun untuk dipertahankan. Hanya bermodal ucapan manis di awal dan bagaimana dia perlahan-lahan memanfaatkanku untuk keuntungannya sendiri. 

Tolong sekali lagi maafkan aku masih membahas orang-orang ini. Astaga aku harus berhenti. 

Baiklah, ku cukupkan sebatas ini saja. 

Oh, sebenarnya ada satu jenis laki-laki lagi yang ku temui baru-baru ini. Dia yang terburuk. Seseorang yang aku kenal melalui dating apps dan membuatku tidak akan pernah mencoba menggunakan Tinder lagi. 

Apakah menurutmu aku punya semacam magnet yang banyak mengundang badboy? Atau ini karma karena pernah menyia-nyiakan laki-laki baik yang pernah begitu menyayangiku?

Selasa, 07 Desember 2021

Layak Dicintai

Setiap orang layak untuk dicintai...

Begitu kata egoku... 

Tapi tidak setiap orang mampu memberikan cinta terbaik dan mengekspresikan setiap kebaikan dalam cinta yang dimilikinya. Emosi yang dimiliki oleh rasa cinta katanya sangat positif. Lalu, apakah selama ini aku hanya belum benar-benar mencinta? 

Aku sadar bahwa aku belum benar-benar bisa memberikan hal terbaik dan segala potensi positif kepada orang-orang yang aku sayang. Nafsu dan self-centered ini menahanku untuk berbuat lebih baik untuk memberikan perhatian dan bantuan tanpa berharap imbalan. Karena sepertinya, cinta adalah tentang bagaimana dapat memberi. Bukan tentang mendapatkan. Bahkan memiliki. 

Setiap orang layak untuk dicintai...

Setiap orang yang hidup, bahkan bukan hanya manusia, namun semua makhluk hidup di muka bumi layak untuk dicintai...

Namun, cinta begitu tabu saat menyangkut kata, apa kau suka ini dan itu? Menyukai ayam goreng memaksamu membunuh satu nyawa ayam yang berharga. Namun menghargai hidangan ayam goreng juga membuatmu untuk tidak menyisakan satupun daging di meja makan dan bersyukur atas rasa yang tertinggal di lidahmu. Cinta adalah hal paling abu-abu yang tidak bisa dianggap seputih kertas. Begitulah setidaknya aku memandang cinta. 

Cinta mungkin juga tentang kebohongan bahwa kamulah satu-satunya yang mampu membuatku nyaman. Lantas ketika dia tidak di depanmu dan hanya berjarak 30 km, kamu bisa memilih rasa nyaman dengan sosok yang lain. Cinta adalah omong kosong bagi beberapa yang lain. Namun, tetap saja... Setiap orang layak untuk dicintai... 

Cinta juga merupakan serangkaian rasa sakit dan hati yang patah. Berjanji untuk selamanya namun ditinggalkan atas dasar bosan. Cinta adalah proses untuk bangkit dari berdua menjadi sendirian. 

Dan...

Setiap orang layak untuk dicintai...

Merasakan setiap proses cinta dan terjatuh sedalam-dalamnya... 

Hingga ada yang lupa bangkit, namun ada juga yang berdiri tegak dan menemukan diri sendiri seutuhnya...


Sabtu, 20 November 2021

Yang Benar-Benar Tinggal

Aku adalah seorang penggemar fanatik drama korea. Sejak usia... (masih memproses ingatan) ah, sepertinya 14 tahun aku sudah sangat menyukai drama korea. Berkat drama korea, aku punya fantasi berlebihan mengenai percintaan dan laki-laki idealku. Semua imajinasi yang sangat amat kecil kemungkinanannya terealisasi di kehidupan nyataku. 

Aku akhirnya sadar bahwa dalam dunia nyata, tidak akan ada laki-laki yang membawakanku payung tiba-tiba tanpa diminta saat hujan deras. Tidak akan ada laki-laki yang menghiburmu saat kau benar-benar terpuruk. Tidak akan ada laki-laki yang memberikanmu pundak saat kau kelelahan. Tidak akan ada pandangan kagum saat kau menceritakan perjuanganmu dalam bertahan hidup dan pencapaianmu hingga saat ini. Terlebih tidak akan ada laki-laki yang membopongmu untuk ke rumah sakit saat kau sakit.

Hei, diri... Sadarlah... 😂

Kau akan lebih sering bertemu laki-laki yang melihatmu sebagai objek daripada manusia utuh. Kau akan lebih sering bertemu dengan kebohongan demi kebohongan. Kau akan lebih sering bertemu dengan nafsu liar tak terkendali daripada kasih sayang. Kau akan tertipu dengan tipu muslihatnya untuk menyembunyikan rasa bersalahnya. Kau akan menemukan dirimu terhipnotis dengan kata "maaf" dan "aku janji tidak akan mengulanginya lagi". 

Aku pernah disana. Kehilangan diriku untuk waktu yang sangat lama. Semuanya terasa baik-baik saja hingga aku sadar aku tidak tahu siapa aku saat dia meninggalkanku seperti layaknya baju bekas. Dia mengatakan bahwa aku pantas untuk diperlakukan seperti itu. Dan aku percaya... 

Saat mengingatnya lagi, aku ingin sekali marah. Tapi kemarahan yang tersisa adalah rasa bersalah kepada diriku sendiri. Mengapa aku membiarkan diriku terjebak di neraka yang ku kira surga. Mengapa aku tidak melihat tanda-tandanya dan berpikir lebih baik lagi. Mengapa aku seperti tidur saat aku sudah membuka mata. 

Pada akhirnya yang benar-benar tinggal adalah dirimu sendiri... 

Setelah semua perpisahan yang terjadi. Setiap tetesan air mata. Aku mulai kembali menemukan diriku di sini kini. Apa yang ada sekarang, apa yang sedang ku lihat dalam cermin. Mata itu... Kulit itu... Tangan ini... Semua ini adalah kesadaran atas entitasku yang hadir pada masa kini menjalani kenyataan sebagaimana adanya. Aku berada pada kesendirian yang menyenangkan dengan diriku sendiri. Kami berdialog banyak tentang hari-hari sulit yang sudah kami lalui. Sepertinya sangat aneh dan hampir gila. Tapi memang untuk bisa melalui hari ini, aku harus berjarak dengan tokoh utama semua permasalahan yaitu pikiranku, juga lebih berdamai terhadap diriku sendiri. 

Sehingga saat aku menemui perpisahan, harga diri yang diinjak, amarah, rasa malu... Aku adalah satu-satunya orang yang akan memaafkan, memeluk dan memberikan support setinggi-tingginya untuk diriku sendiri. Aku akan mempercayainya bahkan ketika oranglain meremehkanku. 

Karena hanya diriku sendiri dan Allah SWT yang benar-benar tinggal saat dunia meninggalkanku... 

Senin, 15 November 2021

Ketenangan Yang Fana

Rasa tenang itu katanya bisa kita dapatkan dengan berdoa dengan khusyu' kepada Allah. Ketenangan itu katanya ada pada saat kita bisa melihat diri kita sendiri tanpa ikut hanyut dalam emosi dan pikiran kita yang seperti ombak di lautan. Rasa tenang katanya juga bisa dalam bentuk lain rasa syukur dan cukup saat kita melihat ke sekitar. 

Aku percaya setiap orang memiliki definisi rasa tenang sendiri. Bahkan meskipun rasa tenang yang mereka dapatkan adalah menghisap puluhan batang rokok, atau bahkan meneguk berliter-liter minuman keras. Aku tidak berhak menghakimi siapapun. Meskipun kenyataannya aku sangat membenci asap rokok. 

Rasa tenang yang dulu ku dapatkan dengan tidur pulas sambil menangis. Ketenangan yang ku pikir dapat membuatku terlepas dari semua beban pikiran. Ketenangan semu yang tetap membuat napasku sesak. 

Seperti seorang tawanan yang terbebas dari segala belenggu penderitaan. Aku mulai serius mencari arti tenang yang aku inginkan dalam hidupku. Aku berbicara. Aku mendengarkan. Aku mencoba memahami perspektif orang lain. Perjalanan hidupku yang tadinya ku anggap sangat memuakkan dan hanya sebatas mengelilingi semesta orang itu, akhirnya berbalik kembali kepadaku. Aku yang akhirnya punya kuasa atas diriku sendiri, akhirnya mampu berkuasa untuk mencari apa yang terbaik untukku. Termasuk, ketenangan itu. 

Saat ini yang aku tahu pasti, aku sangat tenang melihat orang-orang terdekatku bahagia. Aku tenang saat aku bisa benar-benar hadir saat dikelilingi mereka yang aku sayang. Aku tenang saat mengerti bahwa semua pilihanku tidak harus menyenangkan semua orang. 

Tapi... 

Aku juga masih belum bisa tenang saat orang lain mulai mengkritik dan menjatuhkanku dengan kejam. Aku belum bisa tenang saat aku mendengar hal-hal keji tentang diriku yang aku tahu itu tidak benar. Aku belum bisa tenang saat aku belum menunjukkan kepada dunia bahwa aku orang yang kuat. Meskipun itu artinya mengakui bahwa aku juga manusia yang terkadang sangat tak berdaya. 

Kalian sendiri bagaimana? Apakah kalian sudah menemukan ketenangan fana itu? Apakah kalian sudah belajar mengenai hal-hal yang membuat kalian begitu gelisah dan sangat tidak tenang?

Sabtu, 13 November 2021

Ketika Nanti Aku Bertemu Denganmu

"Yang akan tinggal selamanya bersamaku adalah diriku sendiri. Jadi aku berusaha untuk terus menyukai diriku sendiri. Aku harap Seon Gyeom-shi juga menyukai dirinya sendiri agar kita bisa mempunyai hubungan yang sehat seterusnya." - Oh Mi Joo (Run On) 

Dialog dalam drama korea Run On antara dua tokoh utama ini sangat menamparku. Aku hampir jarang mempunyai hubungan yang sehat dengan diriku sendiri. Sampai saat ini aku masih berusaha mencari tahu apa itu sebenarnya self-love. Perjalanan untuk menemukan cinta kepada diri sendiri adalah perjalanan yang sangat terjal dan sepi.

Yang aku harapkan saat ini adalah hubungan yang sehat. Aku tidak bisa menjabarkan dengan detail sosok laki-laki yang aku harapkan. Aku hanya ingin dia yang mau mendengarkan kisahku tanpa menghakimi. Aku ingin laki-laki yang membebaskanku melakukan banyak hal bersamanya atau sendirian. Laki-laki yang melihatku dengan bangga dan rasa cukup. Dia yang tidak ingin mengubah apapun dalam diriku dan hanya ingin bertumbuh bersama-sama. Dia yang mengerti bahasa cintaku dan tidak meminta lebih dari yang mampu aku berikan. 

Maka, akupun berharap kelak saat bertemu dengannya, aku bisa menjadi perempuan yang lebih menakjubkan lagi. Perempuan yang mampu mengendalikan amarahnya. Perempuan yang tahu cara untuk tetap tinggal dan menerimanya secara utuh sebagai seorang manusia yang juga punya banyak sisi. Perempuan yang bisa menjadi teman ngobrol di penghujung hari saat dia kelelahan. Dia yang mampu menyediakan makanan hangat dan secangkir teh karena kopi buruk untuk kesehatannya. Haha. 

Banyak hal yang akan kami bicarakan. Tentang perjalanan hidupku sebelum bertemu dengannya. Tentang masa kini yang akan kujalani bersamanya. Tentang masa depan yang tidak pasti dan mimpi-mimpi untuk tetap bersamanya. 

Senin, 01 November 2021

Teror Demi Teror

Mungkin ini adalah kisah terakhir yang ingin aku bagikan kepada kalian semua. Kalian harus tahu aku juga manusia. Apabila semua kisah yang sudah diceritakan seolah membuatku seperti orang baik yang tidak pernah salah, maka kalian salah. Aku juga bermain peran menjadi orang jahat di dalam hubungan kami. Kejahatan itu terkadang dalam bentuk makian yang hanya berani aku utarakan tentu saja ketika kami jauh. Hahaha, aku tidak berani memakinya secara langsung. Meski mungkin sepertinya pernah aku lakukan. 

Siksaan yang aku balas kepadanya adalah bentuk teror ketika dia tidak mengangkat telponku atau chat yang bertubi-tubi yang akan mengganggunya. Kata-kata ancaman putus untuk membuatku takut padaku. 

Iya, rasa takut yang berusaha kami tumbuhkan seiring perjalanan hubungan ini. Bukan saling menghargai. Bukan kompromi. Bukan komunikasi. Tapi, rasa takut. 

Saat aku mencoba menghubunginya saat terakhir kali dengan nomor lamanya, tujuannya untuk mengingatkan bahwa aku dikejar penagih hutang dari aplikasi online berkat dirinya. Tiba-tiba pesanku dibalas dengan atas nama orang asing bernama Vincent. Lol. Vincent bilang nomer itu dia dapatkan dari kecelakaan parah. Well.... Oke. Baiklah... 

Aku hanya berpikir, kebohongan dan drama apa lagi yang berusaha dia tampilkan. Aku benar-benar muak. 

Aku menghapus chat dan nomor itu segera. Dan... berhari-hari aku tetap diteror penagih hutang. 

Lalu aku dekat dengan seorang laki-laki lain. Saat masalahku dengan mantan toksikku belum usai. Laki-laki baru ini terpaksa terseret dalam pusaran masalahku dengan mantanku. Benar-benar kekacuan yang sangat sempurna. 

Entah masalah dimulai darimana. Semua begitu kacau. Aku hanya ingat bagaimana dia mencoba membobol akun google ku. Menyimpan kembali semua kontak ku dan mengetahui nomer baruku. Dia mencoba membobol akun whatsapp hingga telegram. Dia juga mencoba mendaftarkanku di aplikasi pinjaman online dan aplikasi aneh yang aku tidak tahu fungsinya menggunakan nomor hp ku. 

Aku mencoba mencari bantuan dengan menghubungi kontak komnas yang membantu korban KGBO (Kekerasan Gender Berbasis Online) hingga di tahap aku harus membuat laporan dan mencantumkan bukti-bukti ancaman dan teror yang aku terima. Namun, aku akhirnya memutuskan berhenti mengingat dia mengaku sudah menikah. Lol. Dia mengatakan, untuk apa dia harus menggangguku lagi. Sungguh ironis. 

Saat itu, aku mengasihani diriku sendiri karena harus bertahan dengan laki-laki seperti itu. Aku menyayangkan diriku sendiri yang tidak mampu melihat potensi dan kebaikan dalam diriku sendiri sehingga jatuh untuk laki-laki seperti dia. Semua proses laporan aku hentikan. Terornya sudah berhenti. Aku sudah yakin dia sudah memiliki perempuan baru di sisinya. Aku hanya berdoa semoga perempuan itu baik-baik saja. 

Ada malam-malam dimana aku sangat ketakutan. Aku tidak bisa berhenti mengecek e-mail notifikasi bahwa akunku ada yang mencoba membobol lagi. Aku ketakutan setiap kali menerima telepon masuk terutama dari nomor asing. 

Semua pada akhirnya sudah berlalu dan ketakutan-ketakutan itu tetap bersarang di tempatnya... 

Tugasku saat ini adalah membantu diriku sendiri untuk pulih. Aku sudah mengalami hari-hari berat yang entah bagaimana bisa aku lewati. Aku mencoba mengatakan pada diriku sendiri, hei diri, kamu tahu, kamu sudah melakukannya dengan baik. Terimakasih atas kesediaannya untuk bertahan diriku... ❤


Minggu, 31 Oktober 2021

Menuju Akhir Kisah Hubungan Beracun

Aku tahu kisah kemarin belum merangkum semua hal yang aku rasakan selama 5 tahun. Aku hanya berharap aku dapat menceritakan dari sudut pandang yang paling objektif. Karena banyak hal yang terlihat bias dan samar, saat aku belajar banyak mengenai toxic relationship ternyata itu adalah hal yang normal. Hal normal untuk sulit mengenali apakah kau sedang dalam bahaya ketika semua terlihat berjalan biasa-biasa saja. 

Kali ini aku akan menceritakan tentang bagaimana akhirnya aku berusaha keluar dari hubungan itu. Tidak ada kebencian tersisa. Mungkin hanya sedikit rasa muak kala mengingat betapa buruknya perpisahan kami. 

Akan aku tarik mundur garis waktu sampai ibuku menyuruhku untuk mengambil tes pegawai negeri sipil di Banyuwangi. Aku tidak mencoba menanyakan opininya (laki-laki itu). Aku hanya berpikir bahwa mendaftar sebagai pegawai negeri sipil tidak ada salahnya. Terlebih itu yang orangtuaku inginkan. Aku berkata persis seperti ini. Aku memberikan angan-angan padanya bahwa apabila nanti aku diterima, kita berdua bisa membangun usaha bersama di Banyuwangi. Dia terkadang mengatakan bahwa menjadi pegawai negeri sipil itu tidak semudah itu. Dia juga mengatakan bahwa aku perlu menyiapkan sejumlah uang untuk diangkat. Hal-hal yang ku ingat adalah bagaimana dia mencoba memberikan fakta-fakta tentang pentingnya orang dalam untuk bekerja di pemerintahan. 

Hingga kemudian, aku lolos tahap pertama dengan usahaku sendiri. Tidak ada sogok menyogok, tidak ada orang dalam yang menyokongku. Semua atas hasil kerja kerasku sendiri. Dia sedikit tertegun dan hanya memberikan ucapan selamat sederhana. Tidak seperti yang ku harapkan. Aku selalu ingin pasanganku dapat ikut berbangga atas pencapaian yang ku dapat. Sayangnya, aku tidak bisa mendapatkan hal semacam itu darinya. 

Namun, ketika aku pesimis terkadang ia meyakinkanku bahwa aku pasti akan melewati ujian pegawai negeri sipil dengan baik dan lolos sampai akhir. Ia sangat yakin bahwa aku pasti bisa ketika aku tidak percaya diri. Hal kecil seperti itu yang selalu membuatku jatuh cinta terhadapnya terlepas bagaimana perlakuannya.

Alur ceritanya akan aku percepat sampai aku sudah resign dari pekerjaan lamaku di Surabaya Februari 2019. Aku kembali tinggal di rumahku Banyuwangi. Aku menganggur sangat lama untuk menunggu tes selanjutnya hingga aku dipanggil untuk bekerja di Puskesmas perbatasan antara Jember dan Banyuwangi sebagai tenaga kontrak pada pertengahan tahun 2020. Lalu  mendekati akhir tahun aku harus mengurus sesuatu di Surabaya dan momentum ini tidak ingin ku sia-siakan. Aku bertemu kembali dengan laki-laki ini. Sampai saat aku akan kembali ke Banyuwangi, dia tiba-tiba ingin aku berhenti dan mundur dari seleksi pegawai negeri yang aku ikuti. Dia ingin aku di Surabaya. Aku masih diam. Aku hanya sesekali menimpali kalau sebelumnya kita berdua sudah sepakat. Aku tidak mengerti kenapa dia harus membawa masalah itu lagi. Dia bilang, dia tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh. 

Aku adalah orang yang mudah putus asa. Selama 5 tahun hubungan kami, aku selalu mencoba untuk putus. Percobaan pertama dan kedua kali adalah kesungguhan. Percobaan untuk putus selanjutnya adalah ancaman. Bahwa sejujurnya akan sangat menyulitkan bagiku untuk berpisah darinya. Aku tahu aku akan benar-benar jatuh sangat jauh ke dalam rasa perih yang entah bagaimana akan sembuh. 

Aku selalu mencoba membuatnya untuk pergi. Namun, dia selalu marah dan mengatakan padaku untuk tidak pernah menyerah dengan hubungan ini. Dia mengatakan bahwa sampai kapanpun dia tidak akan pergi. Itu yang selalu dia katakan. Betapa... Omong kosongnya ucapan manusia. 😅

Tapi perpisahan kami lebih buruk dari itu. Dia datang dan pergi semaunya pada akhir-akhir hubungan kami. Dia sulit dihubungi dan datangnya masalah yang menyangkut pinjaman online semakin memperburuk situasi. Dia mengatakan bahwa ada masalah dengan akun pinjaman onlinenya. Dia tidak merasa meminjam uang namun di aplikasi itu dia ditagih uang yang nominalnya aku tidak tahu. Di akhir hubungan kami, dia benar-benar menghilang. Tidak mengangkat telponku. Tidak membalas chat Whatsapp. Tidak ada kabar sama sekali. Bahkan ucapan selamat tinggal. 

Suatu sore, ada orang asing yang menelepon ku untuk menagih sejumlah uang atas nama laki-laki itu. Namaku disana tercatat sebagai istrinya. Aku sangat... merasa konyol dengan situasi itu. 

Aku benar-benar seperti orang bodoh yang berkali-kali direndahkan oleh orang yang sama. 

Jumat, 29 Oktober 2021

Selama 5 Tahun Itu...

Aku sampai pada titik ini untuk dapat membicarakan mengenai relasi beracunku. Nama kerennya sih, toxic relationship. Ada banyak hal yang bisa didiskusikan mengenai relasi yang beracun ini. Tapi, semua hal buruk selalu berawal dari mana kau berasal. Bukankah begitu?

Aku lahir dan tumbuh di dalam keluarga yang tidak sempurna. Hubungan putri dan ayahnya yang sangat buruk. Aku hampir lupa bagaimana dan kapan memori hangat antara aku dan bapak pernah terjadi. Aku hanya ingat saat aku dipaksa belajar menghafal perkalian hingga malam, saat aku benar-benar lelah dan mengantuk. Kala itu ketika aku masih di bangku SD. Aku pernah dipukul hanya karena tidak mau sholat jamaah maghrib. Aku pernah digampar hanya karena memecahkan piring saat aku hampir terpeleset dan lantai yang basah karena genteng yang bocor kala musim hujan. 

Aku selalu berpikir bahwa pilihannya nanti ada dua, entah aku yang tidak akan pernah menikah dan aku harus menikah dengan laki-laki yang jauh lebih baik dari bapak. Semua pengalaman masa kecil masih tergambar jelas dan membuatku sakit. Itulah alasan aku tidak pernah bisa mendefinisikan harga diriku. Apakah benar aku berharga? Pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang di kepalaku. 

Aku bertemu laki-laki itu dengan ekspektasi yang sangat baik. Harusnya aku berhenti melanjutkan hubungan itu saat aku tahu dia membohongi dua perempuan. Aku dan seorang perempuan yang masih menyayanginya. Hingga kemudian aku membohongi diriku sendiri bahwa laki-laki itu "baik" bagiku. 

Aku belum pernah bertemu laki-laki yang dapat mendengarkan omong kosongku dengan sangat baik. Aku seperti memanipulasi diriku sendiri bahwa laki-laki ini dapat menjadi pendengar yang baik. Ketika aku sekarang mengingat semuanya lebih jelas, itu semua benar-benar sebuah kebohongan yang diciptakan otakku terhadapku. Semua selalu tentang dia dan semua hal yang dia sukai. Semua hal selalu tentang game, otomotif, prank youtube yang tidak lucu, keluarganya, dan lain sebagainya. Entah kenapa dulu aku bisa tertawa bersamanya. Tentu saja karena dulu aku pernah sangat mencintainya. Lebih daripada diriku sendiri. 

Aku tidak punya apa-apa untuk diserahkan untuknya. Bahkan harga diriku. 

Hurt people hurt people. Kata-kata ini terngiang-ngiang di telingaku. Sejauh aku mengingat setiap kali kami bertengkar. Kami selalu memastikan untuk bisa menyakiti satu sama lain. Pernah suatu kali aku benar-benar ketakutan karena dia marah-marah saat mengendarai sepeda motor dengan kecepatan yang di luar batas wajar. Aku menangis dan memohon. Hari-hari selanjutnya aku hanya ingat aku juga lama kelamaan selalu ingin mengebut. Hari-hari selanjutnya aku hanya ingat bagaimana aku ingin mengakhiri hidupku ketika bersamanya. Aku masih saja menganggap hubungan ini "baik-baik saja". 

Ada satu masa dia sangat suportif dan mendukung impianku. Kemudian ada satu masa dimana dia mematahkan semua harapan dan menyalahkanku atas semua hal buruk. Dia meyakinkanku bahwa aku tidak cukup baik. Aku menjadi yakin bahwa aku benar-benar sangat buruk akan apapun. Aku menjadi sangat ketakutan bertemu orang baru. Aku berpikir mungkin aku hanya dampak buruk. 

Toxic relationship akan membentukmu menjadi sosok lain yang benar-benar baru dan asing. Aku masih ingat hari-hari yang ku habiskan untuk bertanya kepada diriku sendiri, aku dulu orang yang seperti apa. Mengapa aku sangat berubah menjadi orang yang benar-benar tidak aku kenali. 

Semua orang menyalahkanku atas pilihanku. Semua orang tiba-tiba menjauh. Entah aku saja yang menjadi apatis terhadap orang-orang di sekitarku. Tidak ada yang bertanya apakah aku baik-baik saja. Aku semakin akrab dengan ruang gelap dan sempit. Aku hanya ingin orang-orang yang aku sayang mengerti betapa hancurnya aku. Terlepas betapa buruknya orang itu, kami berdua juga pernah memiliki hari-hari terbaik. Aku sadar aku harus pergi untuk kebaikan diriku sendiri saat aku melihat diriku sendiri di cermin. Aku sadar bahwa aku terlalu malu melihat pantulan diriku sendiri. Aku sadar betapa kacaunya aku. 

Siapapun kalian yang membaca ini, apabila kalian memiliki hal yang sama seperti yang ku rasakan... Ketahuilah... Kalian pantas untuk bersedih, juga pantas untuk mendapatkan cinta terbaik yang pernah ada di seluruh semesta karena kalian adalah orang-orang istimewa. Kalian sudah cukup baik. Maka teruslah menjadi orang yang selalu berusaha lebih baik. ❤ 

Jumat, 22 Oktober 2021

Ini Aku (Yang Baru)

 Hai, 

Sudah sangat lama tidak menyapa blog ku dengan hati yang ringan dan lebih jernih dalam berpikir. Banyak hal sudah terjadi dan Allah SWT memberikan banyak kebaikan dalam hidupku hingga aku berada di moment dimana aku bisa menikmati hujan dan lagu kesukaanku. Moment sederhana dan biasa saja tapi sangat menenangkan dan menghiburku. Tidak ada siapapun yang menemaniku saat ini. Hanya diriku sendiri duduk di depan laptop baru yang ku putuskan untuk ku beli karena memang sedang butuh. Semua dengan pertimbangan dan konsekuensi yang aku tanggung sendiri. Agak menyebalkan menjadi dewasa, karena pengelolaan uang yang buruk dan kebiasaan konsumtif akhirnya membuatku harus menyicil. 

Bagaimana kabar kalian? Apakah ada yang berbeda dari hari-hari kalian? Apa kalian sedih hari ini? Apakah ada hal yang membuat kalian tersenyum senang dengan hati yang hangat? Aku ingin tahu. 

Jujur saja akhir-akhir ini aku ingin bisa menangis. Setiap kali aku merasa sangat malu atas diriku sendiri. Aku merasa sesak dan ingin sekali menangis. Entah kenapa, tidak ada air mata menetes. Hal itu membuatku semakin terpuruk dan susah tidur. Aneh sekali. 

Masa lalu yang begitu kelam. Aku hampir mengingat betapa seringnya aku menangis. Rasanya aku sudah menghabiskan stok air mata ku di masa lalu hingga tidak ada yang bisa membuatku menangis lagi sekarang. Aku pernah mendengar ungkapan bahwa orang yang jarang menangis justru adalah orang yang lemah. Entah aku harus setuju atau tidak. Nyatanya aku sangat ingin menangisi beberapa hal. Meskipun rasa sakitnya tidak se-traumatis dulu. 

Apa aku sudah mengatakan bahwa aku sangat bersyukur atas diriku sekarang. Aku benar-benar seperti manusia yang terlahir kembali. Aku berkali-kali mengatakan kepada diriku sendiri bagaimana Allah SWT sudah menyelamatkan dari kelamnya masa laluku. Hanya Dia Satu-Satunya Zat yang meloloskanku dari lingkaran setan yang seperti tidak ada ujungnya. 

Aku akan terus memperjuangkan diriku sendiri. Aku akan berusaha mendedikasikan hidupku untuk belajar bahagia. Karena aku percaya orang yang bahagia akan dirinya sendiri akan mampu memperlakukan oranglain lebih baik lagi. Sudah terlalu banyak orang yang ku sakiti karena aku yang tidak bisa berdamai dengan diriku sendiri. Aku ingin mencintai orang lain dengan lebih baik lagi.  

Semoga kalian yang membaca ini juga menemukan cara untuk mencintai diri kalian sendiri. ❤

Rabu, 02 Juni 2021

Menyelamatkanmu Dariku

Aku, manusia egois yang kau ajak berkenalan di siang bolong saat hatiku memang sedang kosong. Kamu datang dengan sangat ramah dan wajah rupawan. Mendekatiku, seorang perempuan yang menakutkan. Menyembunyikan setiap kekotoran masa lalunya untuk dirinya sendiri 

Kamu dan kesedihan hidupmu. Membuatku terenyuh dan tak tega. Aku tiba-tiba ingin menjadi seseorang yang mampu menghapus luka dan tangismu. Tanpa sadar, tanpa melihat bahwa lukaku juga belum sepenuhnya sembuh. 

Akupun masih bermimpi setiap malam tentang semua kenangan menyakitkan bersamanya yang lain. Setelah tahun-tahun panjang dan perpisahan yang begitu menyakitkan. Aku masih kerap memikirkan dia. Bukan kamu. Diam-diam tanpa kamu tahu. Aku sedang berbohong dengan lihainya. Menyembunyikan luka. 

Kamu, laki-laki baik yang aku temui. Ditempa dengan begitu keras oleh kehidupan. Aku hanya seonggok barang rongsok yang tidak berharga. Mencoba mencari arti dari setiap takdir yang Tuhan rencanakan terhadapku. Kenapa harus datang sekarang? 

Maka, pergilah. Dengan segala upayamu. Temukanlah. Tolong. Bahagialah. 

Mengertilah, aku sedang menyelamatkanmu... 
Dariku... 

Jumat, 16 April 2021

Menjadi Manusia Toksik

Beberapa manusia dilahirkan menyerupai tanaman mawar. Begitu indah dipandang tapi akan sangat menyakitkan dan tidak nyaman ketika didekati dan dipegang. 

Beberapa manusia tercipta dan terbentuk dengan ditempa berulang kali layaknya permata. Meskipun, tidak semua menjadi permata. Banyak yang berakhir menyedihkan menjadi abu. 

Beberapa manusia berlari seakan dikejar anjing galak di belakangnya. Meskipun sebenarnya tidak apa-apa. Mereka menciptakan realita mereka sendiri tanpa benar-benar membuka mata. Hingga napasnya terengah-engah dan mati sesak. 

Seumur hidup aku hidup atas pengakuan oranglain. Harga diriku terletak pada pendapat orang terhadapku. Aku begitu sibuk mendengarkan apa yang dikatakan orang terhadapku. Malangnya, aku tidak mau mengakui itu dan menunjukkan sikap defensif. Aku tidak baik-baik saja ketika membiarkan diriku menjadi orang yang demikian. 

Ketika semua orang terasa pergi meninggalkanku. Aku hanya punya diriku sendiri untuk melihat ke belakang. Merunut kejadian demi kejadian yang terjadi. Dan yang terjadi adalah perseteruan besar di dalam kepalaku. 

"Kamu pikir dengan meminta maaf cukup untuk memperbaiki semua yang sudah terjadi. Itu hanya kamu egois yang kemudian berpikir bahwa minta maaf cukup mengangkat semua kegelisahanmu sendiri. Tapi tidak akan pernah membuat semuanya kembali seperti awal." 

Awalnya kata-kata juga menyakitkan bagiku seperti kata-kata dia yang lain. Tapi, setelah ku pikirkan matang-matang. Untuk yang satu ini, dia ada benarnya. 

Aku terlalu naif berpikir bahwa dengan meminta maaf semuanya akan berbalik seperti dulu. Aku sendiri belum sembuh. Bagaimana bisa aku seperti menuntut oranglain untuk segera sembuh dan baik kepadaku. 

Aku harus sangat baik kepada diriku sendiri meskipun diluar sana begitu banyak hal yang mudah membuatku takut, sakit, marah dan kecewa. Aku harus sangat erat memeluk diriku sendiri saat oranglain begitu mudah membuang, melempar dan meninggalkanku. Dengan begitu duriku tidak terlalu tajam dan berubah menjadi sebatang bunga dandelion yang sederhana dan indah. 


Selasa, 06 April 2021

Meskipun Aku Tidak Mengerti, Bicaralah

Setiap hubungan dibutuhkan komunikasi aktif yang terjalin. Karena membangun hubungan sama seperti interaksi sosial lainnya yang tidak bisa dilakukan sendirian. Dan seperti hubungan sosial yang lainnya, apapun yang dilakukan bersama oranglain diluar diri kita itu tidak mudah. Butuh banyak percobaan dan ribuan kegagalan untuk bisa memahami isi kepala seseorang. 

Seperti aku yang gagal membacamu. 

Aku selalu berharap terlepas dari banyaknya orang-orang yang tersakiti akan hubunganku dan kamu, kita akan bisa melewatinya. Namun, aku terlalu naif untuk memaksamu berubah menjadi sosok yang aku mau. Aku terlalu percaya bahwa semua hal indah milik kita berdua akan selalu ada dan seterusnya bertahan. 

Andaikan saja kamu mau mengerti. Andaikan saja aku mampu mengerti. 

Tapi, meskipun kita tidak saling mengerti. Aku hanya ingin bicara. Padamu.

Meskipun nantinya aku tidak mengerti, bicaralah... 

Dan dengarkan saja apabila nanti yang bisa kulakukan hanya menangis. 

Selasa, 30 Maret 2021

Kenapa Aku Tidak Bahagia?

    Selama ini aku hidup dengan menggantungkan harapan pada sesuatu yang diluar kendaliku. Nasib, finansial, asmara dan bahkan pandangan orang terhadapku. Kalau aku bekerja di pemerintahan aku akan membuat orangtuaku bahagia sehingga aku bahagia. Kalau aku mempunyai uang yang banyak aku akan bahagia. Kalau kekasihku mampu menjadi orang yang ideal untukku maka aku akan bahagia. Kalau orang lain menganggapku sebagai sosok yang baik dan dapat diandalkan maka aku akan bahagia. 

    Faktanya, aku tidak bahagia. Aku sudah bekerja di pemerintahan, orangtuaku bangga. Aku tidak bahagia. Aku lupa apa yang benar-benar ingin ku lakukan dalam hidupku. Mimpiku yang sesungguhnya. Aku mempunyai gaji tetap di dalam rekeningku. Aku tidak bahagia. Kekosonganku membuatku terbiasa berbelanja secara berlebih dan tidak mampu mengatur keuanganku dengan baik sehingga aku tidak tahu cara menabung. Aku putus setelah 4 tahun lebih pacaran. Aku tidak bahagia setelah menyadari banyak hal yang sudah salah sejak awal memulai hubungan ini. 

    Aku tidak tahu bahwa banyak hal yang membuatku bahagia adalah semua keinginan yang sesungguhnya di luar kendaliku. Hal yang seharusnya aku biasakan dan tahu sejak awal sesungguhnya adalah bagaimana mengatur perspektif, nilai dan opini yang aku proses di dalam otakku. Stoic mengajarkanku bahwa kebahagiaan sesungguhnya bukan apa yang ada di luar kendali kita. Selama aku lebay mengurus dan mengharapkan hal-hal yang sesungguhnya tidak bisa ku kendalikan, lebih baik aku sibuk belajar untuk mengubah sudut pandangku untuk sama sekali tidak beremosi. Maka, aku akan bahagia. 

Jumat, 19 Maret 2021

Demanding

 Akhir-akhir aku berpikir keras tentang cinta dan siklus pertemanan dalam hidupku. Aku berpikir tentang bagaimana aku harus bersikap dan memperbaiki masa kini. Satu hal yang terpikir adalah teman lamaku yang pergi (atau mungkin ku dorong untuk pergi, entahlah) dari hidupku. Satu permasalahan pelik yang membuatku benar-benar berpikir keras entah bagaimana aku harus menghadapinya dan apakah aku ingin mereka kembali. 

Sejujurnya, aku hanya terpikir tentang betapa menyakitkannya kata-kata mereka terhadapku. Aku tidak tahu apakah ini karena ekspektasi mereka tentang "bagaimana teman yang baik harus bersikap", yang pasti aku sudah keluar dari daftar. 

Aku pikir teman yang baik seharusnya mau menerima. Mereka pikir, mungkin teman yang baik harus tahu diri kalau sudah dibantu. Tapi aku hanya ingin mereka tetap ada. Ada ketika aku ingin tiba-tiba datang. Ada ketika aku ingin mereka bercerita tentang masalahnya. Ada ketika aku ingin menyampaikan kabar bahagia. Tapi yang mereka ingat mungkin hanya saat ketika aku membutuhkan tempat sampah untuk membuang semua masalah hidup. 

Mungkin di masa lalu ada beberapa kesempatan aku sangat menuntut teman-temanku juga. Mungkin dari situlah semua berasal. Aku juga ingin agar mereka mampu menjelaskan semua perasaannya tanpa harus menyalahkanku. Aku sudah cukup merasa buruk. Aku tidak butuh diperlakukan lebih buruk lagi. 

Kalau saja mereka mau melihat usahaku untuk kembali ke tempat yang lebih baik. Membalikkan kondisi ku yang sangat terpuruk dan kembali ceria. Menjadi pribadi yang lebih sehat secara mental. Kenapa mereka tidak bisa berkata lebih sopan dan menghargaiku. Mungkin dengan begitu, keadaan tidak seburuk ini. Sudah cukup aku disalahkan oleh diriku sendiri. Setidaknya, mereka bisa berkata lebih baik. Bukan menoleh ke arah lain ketika aku sedang berbicara dan menyepelakanku. Seolah aku tidak berharga.

Kalau memang tidak ada simpati. Bukankah seharusnya kita memang tidak perlu berteman sejak awal. 

Kalau keberadaanku hanya lelucon. Bukankah seharusnya kalian tidak perlu menuntutku lebih jauh hanya untuk menginjak hati yang sedang ingin pulih ini. 

Aku akan hidup menjadi orang yang lebih baik. Aku akan bahagia dengan caraku. Terimakasih atas sarannya. Tapi aku hanya butuh seorang pendengar yang baik. 

Minggu, 17 Januari 2021

Move On

Kita berdua berada di persimpangan jalan. Jalan satunya aku tak suka. Jalan yang lain, aku lebih suka. Menyedihkan karena kita tidak sepaham. Kamu tidak bisa diganggu sedangkan aku hanya rindu. Aku menganggap kamu beranjak pergi. Kamu mengatakan aku terlalu egois. 

Bertemu denganmu seperti menelan permen karet yang buruk bagi gigiku. Mengenalmu adalah merasakan manis dari rasanya namun sakit ketika mengunyah sari-sarinya. Kamu adalah hal terindah yang buruk bagi kesehatanku. 

Berhenti mencintaimu merupakan keputusan yang spontan dan penuh amarah. Tujuannya hanya satu. Aku ingin kamu terluka sebanyak kamu sudah melukaiku. Setelah itu, aku tidak semakin bahagia. Aku terpuruk. Jatuh di lubang nestapa. Dahulu aku pernah berpikir bahwa kamu orang yang bisa kuandalkan. Ketika aku hanya sedang kesepian dan butuh teman bicara. 

Berhenti mencintaimu merupakan keputusan bulat untuk tidak memulai komitmen apapun dengan siapapun. Bukan karena aku tidak yakin ada orang yang mau menyayangiku. Lebih karena aku tidak mau menyakiti dan tersakiti oleh siapapun lagi. Enough is enough. 

Aku masih menyalahkanmu. Aku masih terlalu marah padamu. Aku masih merindukan sahabat-sahabatku. 

Sialnya lagi, aku masih terlalu membenci untuk mencintaimu. 

Move on adalah aku yang kemudian dengan bangga mengatakan pada semua orang bahwa aku sudah bebas dari hubungan toxic ini. Aku tidak tahu apakah aku akan menikah. Atau bahkan memutuskan menikah. Sejak hampir 5 tahun, pernikahan dibayanganku adalah merawatmu dan semuanya sudah lenyap. Terimakasih untuk semuanya. Maaf untuk keterbatasan ini. 

Clouds