Minggu, 17 Januari 2021

Move On

Kita berdua berada di persimpangan jalan. Jalan satunya aku tak suka. Jalan yang lain, aku lebih suka. Menyedihkan karena kita tidak sepaham. Kamu tidak bisa diganggu sedangkan aku hanya rindu. Aku menganggap kamu beranjak pergi. Kamu mengatakan aku terlalu egois. 

Bertemu denganmu seperti menelan permen karet yang buruk bagi gigiku. Mengenalmu adalah merasakan manis dari rasanya namun sakit ketika mengunyah sari-sarinya. Kamu adalah hal terindah yang buruk bagi kesehatanku. 

Berhenti mencintaimu merupakan keputusan yang spontan dan penuh amarah. Tujuannya hanya satu. Aku ingin kamu terluka sebanyak kamu sudah melukaiku. Setelah itu, aku tidak semakin bahagia. Aku terpuruk. Jatuh di lubang nestapa. Dahulu aku pernah berpikir bahwa kamu orang yang bisa kuandalkan. Ketika aku hanya sedang kesepian dan butuh teman bicara. 

Berhenti mencintaimu merupakan keputusan bulat untuk tidak memulai komitmen apapun dengan siapapun. Bukan karena aku tidak yakin ada orang yang mau menyayangiku. Lebih karena aku tidak mau menyakiti dan tersakiti oleh siapapun lagi. Enough is enough. 

Aku masih menyalahkanmu. Aku masih terlalu marah padamu. Aku masih merindukan sahabat-sahabatku. 

Sialnya lagi, aku masih terlalu membenci untuk mencintaimu. 

Move on adalah aku yang kemudian dengan bangga mengatakan pada semua orang bahwa aku sudah bebas dari hubungan toxic ini. Aku tidak tahu apakah aku akan menikah. Atau bahkan memutuskan menikah. Sejak hampir 5 tahun, pernikahan dibayanganku adalah merawatmu dan semuanya sudah lenyap. Terimakasih untuk semuanya. Maaf untuk keterbatasan ini. 

Clouds