Kamis, 12 Mei 2022

Seorang Anak Tidak Bisa Memilih

Menjadi seorang anak adalah takdir manusia yang tidak bisa diubah sama seperti hari kematian. Diantara banyak kisah yang aku temukan hari ini. Kecelakaan tragis di dekat tempat kerjaku. Kematian tragis karena salah minum obat. Maupun kisah pemilik rumah yang sangat culas dengan kedok bersedekah. 

Ada kisah seorang anak yang berjuang untuk orangtuanya, namun selalu dikecewakan. Ada sebuah kebaikan yang kasat mata. Ada malam tanpa tidur untuk menjaga agak sang ibu tidak kurang apapun saat sakit. Ada ketakutan jika ajal sudah mengetuk pintu sang ibu yang tua renta. 

Hari ini begitu banyak kisah yang aku terima. Ada kisahku yang mengawali dengan perasaan marah luar biasa karena orangtuaku. Mungkin aku adalah anak durhaka. Aku bukan malin kundang yang sukses lantas lupa orangtuanya. Aku hanya salah satu dari sekian banyak anak yang dilahirkan hanya untuk mendengarkan betapa menyusahkannya diriku untuk dilahirkan dan dibesarkan. Aku hanya salah satu dari sekian banyak anak yang bertanya-tanya, mengapa aku tidak dilahirkan di dalam keluarga yang benar-benar bersyukur atas kelahiranku?

Ada begitu banyak kisah hari ini. Di sekian banyak kisah itu, aku ikut bersimpati dengan seseorang yang memiliki kisah hampir sama denganku. Kebaikannya tidak pernah dianggap oleh orangtua sendiri. Dia memilih untuk terus berbakti. Aku memilih untuk mulai menghitung. Dia memilih untuk tetap menyayangi orangtuanya. Aku memilih untuk membenci. 

Tidak banyak orang mampu mengerti rasa sakit seumur hidup karena selalu diingatkan, saat melahirkanmu semua orang sangat menderita, saat kamu bayi aku harus mengganti popokmu dan itu sangat menyusahkan, kamu sudah cukup mendapat kasih sayang, kini saatnya adik-adikmu. Seolah-olah semua rasa cinta dan perhatian untuk anaknya hanya berhenti saat adikku lahir. Itu sangat kejam. 

Seorang anak tidak bisa memilih, karena seorang anak tidak lantas mendapat kemerdekaan yang diinginkannya begitu dia lahir. Seorang anak harus melewati perintah demi perintah, kewajiban demi kewajiban karena takut mengecewakan orangtuanya. Saat ia sudah merdeka dengan membawa sejumlah uang, ada dua pilihan di genggamannya. Memilih untuk bahagia di jalannya sendiri atau terus berada dalam nestapa orangtuanya. 

Rabu, 11 Mei 2022

Yang Teristimewa

Tahukah kamu, ada seseorang yang pernah bersumpah untuk melihatku menderita seumur hidupku. Ada seseorang yang benar-benar berharap aku jatuh dalam nestapa. Menangis dan bersedih seumur hidupku. Sebelum bertemu denganmu, aku benar-benar percaya bahwa aku tidak pernah pantas bahagia. 

Kamu membuat semuanya terasa mungkin terjadi. Aku yang lebih mempercayai kemungkinan buruk dan hampir selalu ketakutan untuk berandai-andai keajaiban. Aku yang menciptakan neraka dari dalam otakku sendiri. Kemudian, bertemu dengan kamu yang melihat dunia dengan begitu banyak kebaikan dan ketulusan. 

Aku begitu muak mendengar lirik lagu cinta. Namun, saat memikirkanmu. Aku ingin terus menyanyikan semua romansa picisan di dunia ini. Karena kamu begitu berharga. Aku ingin menghargaimu sebagai laki-laki yang mampu memperlakukanku dengan rasa hormat. Terlepas bagaimana aku diperlakukan di masa lalu. Terlepas bagaimana perilakuku di masa lalu. Kamu tetap di sana, tidak beranjak kemana-mana. 

Tidak cukup sajak dan puisi untuk menggambarkan betapa aku sangat menyayangimu. Aku mencintaimu dengan merdeka. Seperti elang yang dibiarkan terbang ke cakrawala dan kembali ke rumahnya tanpa berbelok arah. Seperti pohon teduh di siang hari, aku ingin melindungimu tanpa harus menyakitimu. Kamu adalah sahabat sejati yang aku inginkan untuk terus menggenggam tangannya hingga kulit ini berubah menjadi keriput. 

Selasa, 10 Mei 2022

Bila Hari Ini Adalah Terakhir Kali

Ketika kehidupan menemui ujung. Akankah ada hal-hal yang membuatku tersenyum. Apakah aku dapat pergi dengan tenang dan berkata aku sudah melakukan semua hal menyenangkan di dunia? Apa yang ku inginkan? Apa yang membuatku bahagia? Aku masih belum menemukan jawaban apapun. 

Kehidupan yang kini ku jalani seperti seolah diatur sedemikian rupa tanpa kehendakku. Tidak ada yang benar-benar mengerti perasaan seolah kamu berjalan di jalan yang tidak kamu kehendaki. Meskipun, mungkin yang tidak perasa sedang mengalami hal yang sama. 

Bila hari ini adalah saat terakhir kali, kita semua rasanya ingin mangkir dari bayangan buruk ini. Ketidaksiapan dengan pemikiran bahwa suatu saat semuanya adalah cerita dan kenangan merupakan bukti bahwa sebenarnya kita tidak benar-benar hidup. Kita semua tahu ada keabadian yang menanti, namun kita memilih untuk berkhayal bahwa semua yang kita lihat dan rasakan sekarang selamanya. Di dunia yang fana, seharusnya ada pelarangan kata selamanya. Ilusi. Hobi sekali berkhayal. 

Aku akan belajar dan mencari tahu, apa yang membuatku pergi dengan nyaman bila hari ini adalah terakhir kali? Aku sudah lama hidup dengan penyesalan, aku tidak mau dibangkitkan dari kematian dengan perasaan yang sama. Termasuk membenci orang-orang yang sama. Termasuk sulit memaafkan orang-orang yang sama. 

Clouds