Sabtu, 20 November 2021

Yang Benar-Benar Tinggal

Aku adalah seorang penggemar fanatik drama korea. Sejak usia... (masih memproses ingatan) ah, sepertinya 14 tahun aku sudah sangat menyukai drama korea. Berkat drama korea, aku punya fantasi berlebihan mengenai percintaan dan laki-laki idealku. Semua imajinasi yang sangat amat kecil kemungkinanannya terealisasi di kehidupan nyataku. 

Aku akhirnya sadar bahwa dalam dunia nyata, tidak akan ada laki-laki yang membawakanku payung tiba-tiba tanpa diminta saat hujan deras. Tidak akan ada laki-laki yang menghiburmu saat kau benar-benar terpuruk. Tidak akan ada laki-laki yang memberikanmu pundak saat kau kelelahan. Tidak akan ada pandangan kagum saat kau menceritakan perjuanganmu dalam bertahan hidup dan pencapaianmu hingga saat ini. Terlebih tidak akan ada laki-laki yang membopongmu untuk ke rumah sakit saat kau sakit.

Hei, diri... Sadarlah... 😂

Kau akan lebih sering bertemu laki-laki yang melihatmu sebagai objek daripada manusia utuh. Kau akan lebih sering bertemu dengan kebohongan demi kebohongan. Kau akan lebih sering bertemu dengan nafsu liar tak terkendali daripada kasih sayang. Kau akan tertipu dengan tipu muslihatnya untuk menyembunyikan rasa bersalahnya. Kau akan menemukan dirimu terhipnotis dengan kata "maaf" dan "aku janji tidak akan mengulanginya lagi". 

Aku pernah disana. Kehilangan diriku untuk waktu yang sangat lama. Semuanya terasa baik-baik saja hingga aku sadar aku tidak tahu siapa aku saat dia meninggalkanku seperti layaknya baju bekas. Dia mengatakan bahwa aku pantas untuk diperlakukan seperti itu. Dan aku percaya... 

Saat mengingatnya lagi, aku ingin sekali marah. Tapi kemarahan yang tersisa adalah rasa bersalah kepada diriku sendiri. Mengapa aku membiarkan diriku terjebak di neraka yang ku kira surga. Mengapa aku tidak melihat tanda-tandanya dan berpikir lebih baik lagi. Mengapa aku seperti tidur saat aku sudah membuka mata. 

Pada akhirnya yang benar-benar tinggal adalah dirimu sendiri... 

Setelah semua perpisahan yang terjadi. Setiap tetesan air mata. Aku mulai kembali menemukan diriku di sini kini. Apa yang ada sekarang, apa yang sedang ku lihat dalam cermin. Mata itu... Kulit itu... Tangan ini... Semua ini adalah kesadaran atas entitasku yang hadir pada masa kini menjalani kenyataan sebagaimana adanya. Aku berada pada kesendirian yang menyenangkan dengan diriku sendiri. Kami berdialog banyak tentang hari-hari sulit yang sudah kami lalui. Sepertinya sangat aneh dan hampir gila. Tapi memang untuk bisa melalui hari ini, aku harus berjarak dengan tokoh utama semua permasalahan yaitu pikiranku, juga lebih berdamai terhadap diriku sendiri. 

Sehingga saat aku menemui perpisahan, harga diri yang diinjak, amarah, rasa malu... Aku adalah satu-satunya orang yang akan memaafkan, memeluk dan memberikan support setinggi-tingginya untuk diriku sendiri. Aku akan mempercayainya bahkan ketika oranglain meremehkanku. 

Karena hanya diriku sendiri dan Allah SWT yang benar-benar tinggal saat dunia meninggalkanku... 

Tidak ada komentar:

Clouds