Minggu, 31 Oktober 2021

Menuju Akhir Kisah Hubungan Beracun

Aku tahu kisah kemarin belum merangkum semua hal yang aku rasakan selama 5 tahun. Aku hanya berharap aku dapat menceritakan dari sudut pandang yang paling objektif. Karena banyak hal yang terlihat bias dan samar, saat aku belajar banyak mengenai toxic relationship ternyata itu adalah hal yang normal. Hal normal untuk sulit mengenali apakah kau sedang dalam bahaya ketika semua terlihat berjalan biasa-biasa saja. 

Kali ini aku akan menceritakan tentang bagaimana akhirnya aku berusaha keluar dari hubungan itu. Tidak ada kebencian tersisa. Mungkin hanya sedikit rasa muak kala mengingat betapa buruknya perpisahan kami. 

Akan aku tarik mundur garis waktu sampai ibuku menyuruhku untuk mengambil tes pegawai negeri sipil di Banyuwangi. Aku tidak mencoba menanyakan opininya (laki-laki itu). Aku hanya berpikir bahwa mendaftar sebagai pegawai negeri sipil tidak ada salahnya. Terlebih itu yang orangtuaku inginkan. Aku berkata persis seperti ini. Aku memberikan angan-angan padanya bahwa apabila nanti aku diterima, kita berdua bisa membangun usaha bersama di Banyuwangi. Dia terkadang mengatakan bahwa menjadi pegawai negeri sipil itu tidak semudah itu. Dia juga mengatakan bahwa aku perlu menyiapkan sejumlah uang untuk diangkat. Hal-hal yang ku ingat adalah bagaimana dia mencoba memberikan fakta-fakta tentang pentingnya orang dalam untuk bekerja di pemerintahan. 

Hingga kemudian, aku lolos tahap pertama dengan usahaku sendiri. Tidak ada sogok menyogok, tidak ada orang dalam yang menyokongku. Semua atas hasil kerja kerasku sendiri. Dia sedikit tertegun dan hanya memberikan ucapan selamat sederhana. Tidak seperti yang ku harapkan. Aku selalu ingin pasanganku dapat ikut berbangga atas pencapaian yang ku dapat. Sayangnya, aku tidak bisa mendapatkan hal semacam itu darinya. 

Namun, ketika aku pesimis terkadang ia meyakinkanku bahwa aku pasti akan melewati ujian pegawai negeri sipil dengan baik dan lolos sampai akhir. Ia sangat yakin bahwa aku pasti bisa ketika aku tidak percaya diri. Hal kecil seperti itu yang selalu membuatku jatuh cinta terhadapnya terlepas bagaimana perlakuannya.

Alur ceritanya akan aku percepat sampai aku sudah resign dari pekerjaan lamaku di Surabaya Februari 2019. Aku kembali tinggal di rumahku Banyuwangi. Aku menganggur sangat lama untuk menunggu tes selanjutnya hingga aku dipanggil untuk bekerja di Puskesmas perbatasan antara Jember dan Banyuwangi sebagai tenaga kontrak pada pertengahan tahun 2020. Lalu  mendekati akhir tahun aku harus mengurus sesuatu di Surabaya dan momentum ini tidak ingin ku sia-siakan. Aku bertemu kembali dengan laki-laki ini. Sampai saat aku akan kembali ke Banyuwangi, dia tiba-tiba ingin aku berhenti dan mundur dari seleksi pegawai negeri yang aku ikuti. Dia ingin aku di Surabaya. Aku masih diam. Aku hanya sesekali menimpali kalau sebelumnya kita berdua sudah sepakat. Aku tidak mengerti kenapa dia harus membawa masalah itu lagi. Dia bilang, dia tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh. 

Aku adalah orang yang mudah putus asa. Selama 5 tahun hubungan kami, aku selalu mencoba untuk putus. Percobaan pertama dan kedua kali adalah kesungguhan. Percobaan untuk putus selanjutnya adalah ancaman. Bahwa sejujurnya akan sangat menyulitkan bagiku untuk berpisah darinya. Aku tahu aku akan benar-benar jatuh sangat jauh ke dalam rasa perih yang entah bagaimana akan sembuh. 

Aku selalu mencoba membuatnya untuk pergi. Namun, dia selalu marah dan mengatakan padaku untuk tidak pernah menyerah dengan hubungan ini. Dia mengatakan bahwa sampai kapanpun dia tidak akan pergi. Itu yang selalu dia katakan. Betapa... Omong kosongnya ucapan manusia. 😅

Tapi perpisahan kami lebih buruk dari itu. Dia datang dan pergi semaunya pada akhir-akhir hubungan kami. Dia sulit dihubungi dan datangnya masalah yang menyangkut pinjaman online semakin memperburuk situasi. Dia mengatakan bahwa ada masalah dengan akun pinjaman onlinenya. Dia tidak merasa meminjam uang namun di aplikasi itu dia ditagih uang yang nominalnya aku tidak tahu. Di akhir hubungan kami, dia benar-benar menghilang. Tidak mengangkat telponku. Tidak membalas chat Whatsapp. Tidak ada kabar sama sekali. Bahkan ucapan selamat tinggal. 

Suatu sore, ada orang asing yang menelepon ku untuk menagih sejumlah uang atas nama laki-laki itu. Namaku disana tercatat sebagai istrinya. Aku sangat... merasa konyol dengan situasi itu. 

Aku benar-benar seperti orang bodoh yang berkali-kali direndahkan oleh orang yang sama. 

Jumat, 29 Oktober 2021

Selama 5 Tahun Itu...

Aku sampai pada titik ini untuk dapat membicarakan mengenai relasi beracunku. Nama kerennya sih, toxic relationship. Ada banyak hal yang bisa didiskusikan mengenai relasi yang beracun ini. Tapi, semua hal buruk selalu berawal dari mana kau berasal. Bukankah begitu?

Aku lahir dan tumbuh di dalam keluarga yang tidak sempurna. Hubungan putri dan ayahnya yang sangat buruk. Aku hampir lupa bagaimana dan kapan memori hangat antara aku dan bapak pernah terjadi. Aku hanya ingat saat aku dipaksa belajar menghafal perkalian hingga malam, saat aku benar-benar lelah dan mengantuk. Kala itu ketika aku masih di bangku SD. Aku pernah dipukul hanya karena tidak mau sholat jamaah maghrib. Aku pernah digampar hanya karena memecahkan piring saat aku hampir terpeleset dan lantai yang basah karena genteng yang bocor kala musim hujan. 

Aku selalu berpikir bahwa pilihannya nanti ada dua, entah aku yang tidak akan pernah menikah dan aku harus menikah dengan laki-laki yang jauh lebih baik dari bapak. Semua pengalaman masa kecil masih tergambar jelas dan membuatku sakit. Itulah alasan aku tidak pernah bisa mendefinisikan harga diriku. Apakah benar aku berharga? Pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang di kepalaku. 

Aku bertemu laki-laki itu dengan ekspektasi yang sangat baik. Harusnya aku berhenti melanjutkan hubungan itu saat aku tahu dia membohongi dua perempuan. Aku dan seorang perempuan yang masih menyayanginya. Hingga kemudian aku membohongi diriku sendiri bahwa laki-laki itu "baik" bagiku. 

Aku belum pernah bertemu laki-laki yang dapat mendengarkan omong kosongku dengan sangat baik. Aku seperti memanipulasi diriku sendiri bahwa laki-laki ini dapat menjadi pendengar yang baik. Ketika aku sekarang mengingat semuanya lebih jelas, itu semua benar-benar sebuah kebohongan yang diciptakan otakku terhadapku. Semua selalu tentang dia dan semua hal yang dia sukai. Semua hal selalu tentang game, otomotif, prank youtube yang tidak lucu, keluarganya, dan lain sebagainya. Entah kenapa dulu aku bisa tertawa bersamanya. Tentu saja karena dulu aku pernah sangat mencintainya. Lebih daripada diriku sendiri. 

Aku tidak punya apa-apa untuk diserahkan untuknya. Bahkan harga diriku. 

Hurt people hurt people. Kata-kata ini terngiang-ngiang di telingaku. Sejauh aku mengingat setiap kali kami bertengkar. Kami selalu memastikan untuk bisa menyakiti satu sama lain. Pernah suatu kali aku benar-benar ketakutan karena dia marah-marah saat mengendarai sepeda motor dengan kecepatan yang di luar batas wajar. Aku menangis dan memohon. Hari-hari selanjutnya aku hanya ingat aku juga lama kelamaan selalu ingin mengebut. Hari-hari selanjutnya aku hanya ingat bagaimana aku ingin mengakhiri hidupku ketika bersamanya. Aku masih saja menganggap hubungan ini "baik-baik saja". 

Ada satu masa dia sangat suportif dan mendukung impianku. Kemudian ada satu masa dimana dia mematahkan semua harapan dan menyalahkanku atas semua hal buruk. Dia meyakinkanku bahwa aku tidak cukup baik. Aku menjadi yakin bahwa aku benar-benar sangat buruk akan apapun. Aku menjadi sangat ketakutan bertemu orang baru. Aku berpikir mungkin aku hanya dampak buruk. 

Toxic relationship akan membentukmu menjadi sosok lain yang benar-benar baru dan asing. Aku masih ingat hari-hari yang ku habiskan untuk bertanya kepada diriku sendiri, aku dulu orang yang seperti apa. Mengapa aku sangat berubah menjadi orang yang benar-benar tidak aku kenali. 

Semua orang menyalahkanku atas pilihanku. Semua orang tiba-tiba menjauh. Entah aku saja yang menjadi apatis terhadap orang-orang di sekitarku. Tidak ada yang bertanya apakah aku baik-baik saja. Aku semakin akrab dengan ruang gelap dan sempit. Aku hanya ingin orang-orang yang aku sayang mengerti betapa hancurnya aku. Terlepas betapa buruknya orang itu, kami berdua juga pernah memiliki hari-hari terbaik. Aku sadar aku harus pergi untuk kebaikan diriku sendiri saat aku melihat diriku sendiri di cermin. Aku sadar bahwa aku terlalu malu melihat pantulan diriku sendiri. Aku sadar betapa kacaunya aku. 

Siapapun kalian yang membaca ini, apabila kalian memiliki hal yang sama seperti yang ku rasakan... Ketahuilah... Kalian pantas untuk bersedih, juga pantas untuk mendapatkan cinta terbaik yang pernah ada di seluruh semesta karena kalian adalah orang-orang istimewa. Kalian sudah cukup baik. Maka teruslah menjadi orang yang selalu berusaha lebih baik. ❤ 

Jumat, 22 Oktober 2021

Ini Aku (Yang Baru)

 Hai, 

Sudah sangat lama tidak menyapa blog ku dengan hati yang ringan dan lebih jernih dalam berpikir. Banyak hal sudah terjadi dan Allah SWT memberikan banyak kebaikan dalam hidupku hingga aku berada di moment dimana aku bisa menikmati hujan dan lagu kesukaanku. Moment sederhana dan biasa saja tapi sangat menenangkan dan menghiburku. Tidak ada siapapun yang menemaniku saat ini. Hanya diriku sendiri duduk di depan laptop baru yang ku putuskan untuk ku beli karena memang sedang butuh. Semua dengan pertimbangan dan konsekuensi yang aku tanggung sendiri. Agak menyebalkan menjadi dewasa, karena pengelolaan uang yang buruk dan kebiasaan konsumtif akhirnya membuatku harus menyicil. 

Bagaimana kabar kalian? Apakah ada yang berbeda dari hari-hari kalian? Apa kalian sedih hari ini? Apakah ada hal yang membuat kalian tersenyum senang dengan hati yang hangat? Aku ingin tahu. 

Jujur saja akhir-akhir ini aku ingin bisa menangis. Setiap kali aku merasa sangat malu atas diriku sendiri. Aku merasa sesak dan ingin sekali menangis. Entah kenapa, tidak ada air mata menetes. Hal itu membuatku semakin terpuruk dan susah tidur. Aneh sekali. 

Masa lalu yang begitu kelam. Aku hampir mengingat betapa seringnya aku menangis. Rasanya aku sudah menghabiskan stok air mata ku di masa lalu hingga tidak ada yang bisa membuatku menangis lagi sekarang. Aku pernah mendengar ungkapan bahwa orang yang jarang menangis justru adalah orang yang lemah. Entah aku harus setuju atau tidak. Nyatanya aku sangat ingin menangisi beberapa hal. Meskipun rasa sakitnya tidak se-traumatis dulu. 

Apa aku sudah mengatakan bahwa aku sangat bersyukur atas diriku sekarang. Aku benar-benar seperti manusia yang terlahir kembali. Aku berkali-kali mengatakan kepada diriku sendiri bagaimana Allah SWT sudah menyelamatkan dari kelamnya masa laluku. Hanya Dia Satu-Satunya Zat yang meloloskanku dari lingkaran setan yang seperti tidak ada ujungnya. 

Aku akan terus memperjuangkan diriku sendiri. Aku akan berusaha mendedikasikan hidupku untuk belajar bahagia. Karena aku percaya orang yang bahagia akan dirinya sendiri akan mampu memperlakukan oranglain lebih baik lagi. Sudah terlalu banyak orang yang ku sakiti karena aku yang tidak bisa berdamai dengan diriku sendiri. Aku ingin mencintai orang lain dengan lebih baik lagi.  

Semoga kalian yang membaca ini juga menemukan cara untuk mencintai diri kalian sendiri. ❤

Clouds